SOLUSI SEMUA ZAMAN: PENDIDIKAN BERBASIS AGAMA

Akhir-akhir ini, banyak suara miris terdengar… suara-suara yang berusaha mengeja maksud dari zaman. Sebagian terdengar pesimis, sebagian optimis dan sebagian lainnya tak tahu harus berbuat apa.
“Dunia memang sudah tua…
Banyak tanda-tanda mulai terbaca…
Semua serba terbalik…”

Kata sebuah lagu yang sempat sering terdengar di masa silam. Menyalahkan zaman tentu tidak akan menyelesaikan masalah, pun tak menggeser kondisi menuju keadaan lebih baik, seinci pun tidak!
Di tengah karut-marut bangsa dan dunia, bahkan di masa lampau telah ada gagasan-gagasan yang mengusulkan jalan spiritual sebagai solusi. Hal ini tidak mengherankan, mengingat keadaan karut-marut yang saat ini berkelindan sesungguhnya adalah akibat dari bencana (yang dinilai lebih besar): kehampaan spiritualisme. Sedikit yang menilai materi dari dimensi spiritualnya. Padahal, jika segalanya dinilai hanya dari sudut pandang materialnya, orang akan melupakan isi dan esensi.
Ini terjadi hampir di setiap lapis kehidupan, jika kita tidak sepakat mengatakan semuanya. Pendidikan, misalnya, hanya dijadikan sebagai perantara mengais materi (baca: uang). Padahal tujuan pendidikan lebih besar dari itu! Pendidikan adalah sebuah wadah pembekalan kepada para pesertanya agar dia dapat mengatasi masalah hidupnya dengan bekal yang diperolehnya selama proses pendidikan. Andaipun terdapat rumusan lain mengenai tujuan pendidikan, pasti tidak akan jauh dari itu!
Solusi berbasis spiritual dapat diwujudkan dalam bentuk sistem pendidikan yang berbasiskan agama. Jelas sejelas kristal, telah kita ketahui bahwa agamalah sumber kekuatan hidup, jalan yang menepis keterjalan, bahtera yang mampu menembus aneka aral dan rintang. . . Maka tidak dapat dibantah, satu-satunya solusi yang relevan dengan semua zaman adalah solusi yang berdiri dengan agama pilar-pilar pondasinya. Pendidikan tanpa agama hanya akan memetaforakan dirinya sendiri sebagai tong kosong yang berbunyi nyaring.
Nyaring namun tanpa esensi dan tanpa makna…
Pendidikan yang beragama itulah yang namanya pesantren. . .
Lembar-lembar sejarah telah banyak mencatat dengan tinta emas, jasa-jasa pesantren dan peran besarnya dalam membangun bangsa dan negara, dan bahkan dalam membangun dunia. Sejarah adalah gudang ilmu dan pelajaran. Maka jangan sekali-kali melupakan sejarah. Jangan ragu dengan sistem pendidikan berbasis pesantren. (Af)

1 komentar:

  1. If it's a ten-card, it's turned up, and those gamers who've made the insurance wager win and are paid double the amount of their half-bet - a 2 to 1 payoff. When a blackjack occurs for the dealer, after all, the hand is over, and the gamers' main bets are collected - unless a participant also has blackjack, by which case it's a stand-off. Insurance is invariably not an excellent proposition for the participant, unless they're quite certain that there are an unusually excessive variety of ten-cards still left undealt. If a participant's first two playing 온라인 카지노 cards are of the same denomination, corresponding to two jacks or two sixes, they could choose to deal with them as two separate palms when their turn comes round.

    BalasHapus

Pages